Jumat, 21 April 2017

EFEKTIFITAS YOGA DALAM PENATALAKSANAAN DISMENORE REMAJA PUTRI DI MAN 1 MODEL BENGKULU TAHUN 2012





JURNAL ILMIAH

 












EFEKTIFITAS YOGA DALAM PENATALAKSANAAN
DISMENORE REMAJA PUTRI DI MAN 1
MODEL BENGKULU TAHUN 2012




Disusun Oleh :


MAYA LATIFATUL MASRURROH
NIM: PO 51 40 009 090


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
2012

   Efektifitas Yoga Dalam Penatalaksanaan Dysmenorhoe Remaja Putri Di MAN 1 Model Bengkulu Tahun 2012

1Maya Latifatul Masrurroh, 2Hafizurrachman
1Mahasiswa II Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
2Dosen Tetap Prodi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


ABSTRAK

Nyeri haid atau yang biasa disebut dengan dysmenorhoebanyak dialami oleh wanita dan mengganggu aktivitas, 13-51 % perempuan telah absen sedikitnya satu kali dan 5-14 % berulang kali. Dysmenorhoe dibagi dua yaitu primer dan sekunder. Dysmenore primer dialami oleh 60-75 % wanita dan dysmenore sekunder terjadi pada 25 % wanita. Penanganannya bisa menggunakan teknik relaksasi yoga. Masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya(70,45%) siswi yang mengalami dysmenorhoe dan tidak mengetahui cara mengatasinya dengan cara yoga.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitasyoga dalam penatalaksanaandysmenorhoe pada remaja putri di MAN 1 Model Kota Bengkulu Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah Pre eksperimental pretes-postest. dengan sampel 73 orang yang diperoleh secaraaccidental sampling. sedangkan metode pengumpulan data menggunakan lembar Cheklist yang dilakukan oleh siswi pada saat penelitian berlangsung yaitu pada bulan juni-juli 2012. Analisis data menggunakan uji t dependen yaitu untuk mengetahui rata-rata nyeri dysmenorhe sebelum dan sesudah dilakukan yoga yaitu 3,86 dan 1,64. Berdasarkan nilai kemaknaan α 0,05 dengan p : 0,000 ini maka p < α, sehingga Haditerima, ada perbedaan tingkat nyeri dysmenorhoe sebelum dan setelah dilakukan yoga, sehingga dapat disimpulkan bahwa relaksasi yoga sangat efektif untuk mengurangi nyeri dysmenorhoe. Diharapkankepada peneliti lain kiranya dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam penatalaksanaan dysmenorhoe menggunakan gerakan-gerakanyoga yang lain dengan jumlah sampel yang lebih besar dan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai dysmenorhoe danyoga.

Kata Kunci:Yoga, Dysmenorhoe, Pre eksperimental pretes-postest,Accidental sampling,Cheklist, uji t dependen.





















ABSTRACT

Menstrual pain or commonly referred to as dysmenorhoebanyak experienced by women and interfere with activity, 13-51% of women have been absent at least once and 5-14% repeatedly. Dysmenorhoe is divided into two primary and secondary. Primary dysmenorrhea is experienced by 60-75% of women and secondary dysmenorrhea occurs in 25% of women. Handling can use yoga relaxation techniques. The problem in this research is still many (70,45%) of students who have dysmenorhoe and do not know how to overcome by yoga. The purpose of this research is to know effectiveness of menga in managing menorhoe in adolescent girls in MAN 1 Model Bengkulu City of 2012. The research method used is pre experimental pretest-postest. With a sample of 73 people obtained by accidental sampling. While the method of data collection using sheet Cheklist done by the student during the research took place that is in June-july 2012. Data analysis using t-dependent test is to know the average of dysmenorhe pain before and after done yoga that is 3,86 and 1,64. Based on the significance value of 0,05 with p: 0.000 this then p <, so Haditerima, there is difference of dysmenorhoe pain level before and after done yoga, so it can be concluded that relaxation yoga very effective to reduce dysmenorhoe pain. It is hoped that other researchers may develop the results of this study in the management of dysmenorhoe using other movements with larger sample quantities and as a reference for further research on dysmenorhoe danyoga.

Keywords: Yoga, Dysmenorhoe, Pre-experimental pretest-postest, Accidental sampling, Cheklist, t test dependent.




Pendahuluan


Remaja merupakan periode usia antara 10 sampai 19 tahun menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), dan masa remaja adalah masa yang paling penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab. Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual skunder. Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin (Kusmiran, 2011). Salah satu ciri yang menandai masa pubertas pada perempuan adalah menstruasi. Masa menstruasi biasa disebut juga dengan mens, menstruasi, atau datang bulan. Pada saat menstruasi, darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim (endomentrium). Darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina. Saat pertama kali menjelang menstruasi dan saat menstruasiterjadi, kebanyakan perempuan akan merasakan rasa nyeri di perutnya. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah inilah yang sering di sebut oleh kaum wanita dengan istilah dysmenorhoe (Laila, 2011).
Dysmenorhoe ada dua macam yaitu dysmenorhoe primer dan dysmenorhoe sekunder. Dysmenorhoe primer biasanya dimulai pada saat seorang wanita berumur 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai puncak pada usia 15 dan 25 tahun. Berdasarkan data, dysmenorhoe primer dialami oleh 60-75% wanita. Penyebabnya adalah adanya peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri semakin kuat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks terutama bila salurannya sempit. Dysmenorhoe Sekunder terjadi pada wanita yang berusia kurang dari 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang mengalami dysmenorhoe. Penyebab dysmenorhoe sekunder adalah : endometritis, penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD (Andira, 2010). Dysmenorhoe yang dapat dirasakan di perut bawah atau di pinggang, dapat bersifat mulas-mulas, seperti ngilu atau di tusuk-tusuk. Rasa nyeri ini bisa timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid, selama satu-dua hari, atau lebih lama (Wiknjosastro, 2008).
Di Amerika Serikat, Prevalensi dysmenorhoe diperkirakan 45-90%. Tingginya angka tersebut diasumsikan dari berbagai gejala yang belum dilaporkan. Banyak perempuan yang membeli obat sendiri dan tidak berkunjung  ke dokter. Dysmenorhoe juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja atau sekolah, sebanyak 13-51% perempuan telah absen sedikitnya satu kali, dan 5-14% berulang kali. Kondisi di Indonesia, dikatakan bahwa 90% perempuan Indonesia pernah mengalami dysmenorhoe (Anurogo, 2011).
Oleh sebab itu, masa menstruasi mungkin menjadi saat yang sangat sensitif bagi sebagian orang. Karena itu diperlukan strategi untuk mengatasi emosi yang tidak menentu. Salah satu cara yang mungkin mampu mengusir rasa nyeri tersebut adalah dengan latihan kebugaran yang mudah dilakukan, seperti latihan yoga (Kelly, 2005). Yoga dapat melatih semua organ tubuh dan menyentuh aspek tubuh, pikiran dan spirit. Oleh karenanya, saat kesal dan stres dengan latihan yoga dapat mengusir perasaan negatif,selain itu yoga juga bermanfaat sekali dalam relaksasi dan menajemen stres. Oleh sebab itu, yoga dapat membantu menyehatkan tubuh lewat pikiran (Wong, 2011).
Berdasarkan survei awal peneliti di beberapa SMA yang dilakukan pada tanggal 9 Januari 2012 sampai dengan 14 Januari 2012 yaitu SMAN 2 dengan jumlah siswi perempuan 492 terhadap 49 siswi, 17 (34,69%) siswi yang mengalami dysmenorhoe dan terganggu tingkat konsentrasi belajarnya, SMAN 4 dengan jumlah siswi perempuan 448 terhadap 45 siswi didapatkan 19 (42,22%) siswi yang mengalami dysmenorhoe dan terganggu konsentrasi belajarnya, MAN 1 Model dengan jumlah siswi perempuan 444 terhadap 44 siswi didapatkan 31 (70,45%) siswi yang mengalami dysmenorhoe dan mengatakan terganggu saat belajar dan di SMAN 3 dengan jumlah siswi perempuan 439 terhadap 44 siswi, 13 (39.4%) siswi yang mengalami dysmenorhoe dan terganggu konsentrasi belajarnya.
Berdasarkan data tersebut MAN 1 Model Bengkulu paling banyak mengalami dysmenorhoe yaitu sebanyak 31 orang (70,45%) dari 44 siswi dengan gejala yang dialami berupa nyeri atau kram pada perut bagian bawah, pusing, mual, muntah dengan konsentrasi belajar kurang. Penanganan yang diberikan adalah 13 (41.93%) siswi mengaku dengan cara minum obat dan selebihnyanya membiarkan dysmenorhoe tersebut tanpa penanganan apapun. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil judul efektivitas yoga dalam penatalaksanaan dysmenorhoea pada remaja putri di MAN 1 Model Kota Bengkulu Tahun 2012.
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut, “Masih banyak siswi MAN 1 Model Kota Bengkulu yang mengalami dysmenorhoe dan tidak mengetahui cara mengatasinya terutama dengan cara yoga” sehingga pertanyaan penelitiannya adalah “Apakah yogaefektif dalam penatalaksanaan dysmenorhoe pada remaja putri di MAN Model Kota Bengkulu Tahun 2012”.

Metode
Desain penelitian ini adalah pre eksperimental desain dengan menggunakan one group pre-test post-test dimana dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah melakukan sehingga bisa mendapatkan perbandingan (Notoatmodjo, 2010).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswi yang mengalami dysmenorhoe di MAN 1 Model Kota Bengkulu Tahun 2012 sebanyak 310 siswi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan system Accidental sampling, dengan kriteria sebagai berikut : (1). Siswi yang mengeluh nyeri menstruasi pada hari pertama atau kedua haid, (2). Siswi usia 15-17 tahun, (3). Tidak mendapatkan terapi farmakologis selama perlakuan, (4). Tidak mendapatkan terapi non farmakologis sebelum perlakuan, dan (5). Bersedia berpartisipasi sebagai responden. Besar sampel dihitung berdasarkan rumus Lameshow dan di dapat jumlah sampel sebesar 73 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 ModelKota Bengkulu tahun 2012 pada bulan juni-juli 2012. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan metode wawancara untuk mengetahui siswi yang mengalami dysmenorhoe di MAN 1 Model Kota Bengkulu tahun 2012. Pengolahan Data melalui proses Editing, Coding, Tabulating, Processing/entri data, dan Cleaning Data.
Analisis data yang digunakan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat. Analisis Univariat adalah Analisa yang dilakukan untuk melihat rata-rata (mean) dari tingkat rasa nyeri disminorhoe. Variabel yang dianalisis adalah skala nyeri menstruasi sebelum dilakukan yoga dan skala nyeri mentruasi setelah dilakukan yoga. Analisis Bivariat adalah Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji dua mean dependen. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan mean dua kelompok data dependen yaitu, perbedaan tingkat nyeri dysmenorhoe sebelum dilakukan yoga dan tingkat nyeri setelah dilakukan yogaujit paried nilai p< 0.05 CI 95 %. Kreteria pengambilan keputusan hasil uji beda dua dependen adalah: Jika nilaip ≤ α (0.05) maka Ha diterima artinya ada beda tingkat nyeri dysmenorhoe sebelum dan setelah dilakukan yoga. Jika nilai p> α (0.05) maka Ha ditolak artinya tidak ada tingkat nyeri dysmenorhoe sebelum dan setelah dilakukan yoga.
Hasil
Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk melihat gambaran rata-rata tingkat nyeri dismenoresebelum dilakukan yoga dan sesudah dilakukan yogapada Remaja Putri di MAN 1 Model Kota BengkuluTahun 2012. Uji statistik yang di gunakan adalah uji t adapun hasilnya adalah:



Tabel 4.1 : Efektivitas Yoga dalam penatalaksanaan Dysmenorhoe Pada remaja Putri Di MAN 1 MODEL Kota Bengkulu Tahun 2012
Variabel
Jenis tindakan
N
Nilai Max
Nilai Min
Mean
SD
yoga
Nyeri sebelum
73
7
2
3.86
1.378
Nyeri sesudah
73
5
0
1.64
1.110
Beda Mean
2.22


Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata nyeri sebelum intervensi  yoga adalah 3,86 dan sesudah  intervensi yoga adalah 1,64. Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan rata-rata nyeri dysmenorhoe sebelum dilakukan yoga dan sesudah dilakukan yoga yaitu sebesar 2,22. Dengan skala nyeri tertinggi sebelum dilakukan yoga adalah 7 dan sesudah dilakukan yoga adalah 5, sementara skala nyeri terendah sebelum dilakukan yoga adalah 2 dan sesudah dilakukan yoga adalah 0.
Evaluasi Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui efektivitas  yoga dalam penatalaksanaan dysmenorhoe pada remaja putri di MAN 1 Model Kota Bengkulu tahun 2012. Tabel sebagai berikut:


Tabel 4.2 : Efektivitas Yoga Dalam Penatalaksanaan Dysmenorhoe Pada Remaja Putri Di MAN 1 MODEL Kota Bengkulu Tahun 2012
Intervensi
Mean
N
SD
T
P
Sebelum Yoga
3.86
73
0.607
31.257
0.00
Sesudah Yoga
1.64
73
Beda mean
2.22






Berdasarkan Tabel 4.2 . Dapat dilihat bahwa nilai p = 0,00 pada α 0,05. Sehingga p<α maka Ha di terima artinya ada perbedaan nyeri sebelum yoga dan sesudah yoga atau dengan kata lain yoga efektif dalam menurunkan nyeri  dysmenorhoe.

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 73 siswi MAN 1 Model Kota Bengkulu dengan mengguakan tehnik yoga dalam penatalaksanaan dysmenorhoe. Diperoleh mean nyeri dysenorhoe sebelum dilakukan yoga dan sesudah dilakukan yoga sebesar 3,86 dan 1,64. Hal ini menyatakan bahwa ada penurunan nyeri dysmenorhoe setelah diberikan itervensi yoga yaitu sebesar 2,22. Berdasarkan nilai p = 0,00<0,05 maka Ha diterima artinyaAda perbedaan tingkat nyeri dysmenorhoe sebelum dan setelah dilakukan yoga.
Dengan latihan fisik mengunakan tehnik relaksasi yoga selama 15 menit dapat mengaktifkan hormon endorphinyang di hasilkan di otak dan susunan saraf tulang belakang pada saat relaks/tenang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang melahirkan rasa nyaman  dan mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi. Sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri pada saat dysmenorhoe.
Peningkatan b-endorphin  terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan. Hal ini didukung oleh  hasil dan pembahasan dalam penelitian Puji (2009) Efektivitas senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di SMUN 5
Semarang. Menyatakan bahwa Saat melakukan aktifitas relaksasi terbukti dapat  meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak melakukan gerakan relaksasi maka semakin tinggi pila kadar b-endorphin.
Yoga juga dapat memberikan manfaat positif lainnya seperti menambah energi pada tubuh, meningkatkan kelenturan dan menguatkan otot, membantu pemulihan dan proses penyembuhan penyakit, memperbaiki postur tubuh, melancarkan peredaran darah, mencegah osteoporosis, menurunkan gula darah dan kolestrol, melindungi jantung, melindungi tulang punggung, membersihkan linfa, melindungi persendian, dari rematik dan arteritis, menurunkan berat badan dan sebagainya. Sementara manfaat secara mental seperti, mengurangi atau menyembuhkan depresi, meningkatkan daya fokus dan konsentrasi, menjaga kemampuan memori, mendatangkan kebahagiaan dan menambah rasa percaya diri, (siska, 2009).
Hal ini sejalan dengan penelitian Pharmacol (2004) dalam penelitiannya Yoga As A Therapeutic Intervention yaitu menyatakan bahwa yoga dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif pada jenis penyakit psikopatologis misalnya depresi dan kecemasan, kardiovaskulermisalnya hypertensi dan penyakit jantung, pernapasanmisalnya asma dan penyakit diabetes.
Selain itu melakukan gerakan rileksasi yoga dengan cara mengatur nafas, melakukan gerakan-gerakan yoga dan berfikiran positif dapat merenggangkan otot-otot perut dan pinggang sehingga mengurangi intensitas rasa nyeri itu sendiri. Sehingga dengan melakukan yoga dapat mengurangi nyeri pada saat dysmenorhoe dengan kata lain  yogaefektif dalam penatalaksanaan dysmenorhoe.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan efektivitasyoga dalam penatalaksana dysmenorhoe pada remaja putri MAN 1 Model, kota bengkulu tahun 2012. (1) Sebagian Besar siswi MAN 1 Model kota bengkulu mengalami nyeri dysmenorhoe (2) Ada perbedaan rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan yoga pada remaja  putri di MAN 1 Model kota bengkulu tahum 2012, dan (3) Yoga efektif dalam penatalaksanaan dysmenorhoe pada remaja putri di MAN 1 Model kota bengkulu tahun 2012.

Saran
Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN 1 Model Kota Bengkulu, adapun yang ingin disampaikan kepada pihak terkait antara lain:(1). Bagi akademik . Diharapkan ditingkatkan penyuluhan atau konseling pada wanita yang belum mengenali cara penatalaksanaan dysmenorhoe oleh mahasiswa poltekkes dan tenaga kesehatan, dengan cara melakukan yoga di tempat yang telah disediakan seperti UKS atau tempat yang lainnya. Semoga dari hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam pelayanan kesehatan, wawasan bagi mahasiswa dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan referensi. (2) Bagi responden/siswi. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan pengetahuan tentang penatalaksanaan dysmenorhoe dengan menggunakan tehnik yoga dan dapat dijadikan bahan ajar materi tentang kesehatan reproduksi wanita untuk menambah pengetahuan siswi tentang nyeri dysmenorhoedan cara penanganannya. Dan (3). Bagi peneliti selanjutnya. Kepada peneliti lain kiranya dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan mencari faktor lain tentang cara penatalaksanaandysmenorhoemenggunakan gerakan yoga yang lainnya, menggunakan sampel lebih besar dan dapat memberikan bahan-bahan referensi serta masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai dysmenorhoe, yogadan pengembangan ilmu pengetahuan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar