1. Gangguan
penyakit akibat kekurangan hormon ada lansia dan penyebabnya:
-
Menopause
Menopause
adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita dimana ovarium atau indung
telur berhenti menghasilakn sel telur, aktivitas menstruasi berkurang atau
berhenti, dan pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesteron berkurang).
Hal ini disebabkan karena pertambahan usia sehingga ovarium menjadi kurang
tanggap terhadap rangsangan LH dan FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa.
Akibatnya ovarium melepaskan lebih sedikit estrogen dan progesteron, dan pada
akhirnya proses ovulasi terhenti
Etiologi/penyebab
menopause:
-
Alami : semakin tua, folikel wanita
makin resisten terhadap stimulasi hormon gonadotropin dan reaksi umpan
balik negatif terhadap hipotalamus. Akibatnya FSH dan LH di darah akan
naik dan berakibat stimulasi stromal terhadap ovarium. Kadar estrogen
dan progesteron pun menurun. Akhirnya terjadi feedback negatif dengan
peningkatan FSH dari kalenjar hipofise. Tubuh pun bereaksi dengan
menopause
-
Buatan: Akibat tindakan bedah (surgical
menopause) atau pengobatan kanker (medical menopause) Sehingga perlu
dilakukan operasi pengangkatan indung telur/ ovarium
-
Osteoporosis Primer
Osteoporosis
primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia lanjut
dengan penyebab yang belum diketahui.
Penyebab:
-
Osteoporosis postmenopausal terjadi
karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala
timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul
lebih cepat ataupun lebih lambat.
-
Osteoporosis senilis kemungkinan
merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang
yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali
lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis
dan postmenopausal.
-
Diabetes Melitus Tipe II
Pada
diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus
tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa.
Penyebab:
Seiring
pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistant terhadap insulin, yang
mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan
insulin dari sel beta pankreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi
proses ini adalah hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak
dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada
lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi terhadap
kerja insulin pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatic.
Penyebab utama hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistansi insulin
pada jaringan perifer. Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit
menurun seiring pertambahan usia, resistansi dipercaya terjadi setelah insulin
berikatan dengan reseptor tersebut. Selain itu, sel-sel beta pulau Langerhans
kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi, yang memperlambat produksi
glukosa di hati.
-
Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu keadaan
dimana kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah
besar hormon tiroid.
Hipertiroid bisa ditemukan dalam
bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau
hipertiroidisme sekunder. Hipertiroid bisa disebabkan oleh tumor hipofisa yang
menghasilkan terlalu banyak TSH, sehingga merangsang tiroid untuk menghasilkan
hormon tiroid yang berlebihan. Penyebab lainnya adalah perlawanan hipofisa
terhadap hormon tiroid sehingga kelenjar hipofisa menghasilkan terlalu banyak
TSH.
Penyebab dari hipertiroidisme
adalah:
ü
Reaksi imunologis
ü Tiroiditis
ü Adenoma
tiroid toksik
ü Hipotiroid
-
Hipotiroidi adalah suatu keadaan
dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon
tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Penyebab:
hipotiroid
adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif
maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme. Kekurangan yodium
jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang
kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa)
2. Hormon
yang mempengaruhi kalsium ion:
-
Hormon paratiroid
Berperan
dalam proses resorbsi tulang dengan mengaktifkan osteoklast dan akan
mengakibatkan meningkatnya kadar kalsium dalam darah
-
1,25 Dihidroksi vitamin
D
Merangsang
osteoblast baru kemudian merangsang osteoklast
-
Kalsitonin
Bereran
sebagai pencegah osteoklast
3. Penyakit
yang disebabkan komplikasi DM akut dan DM kronis:
Komplikasi akut dapat
berupa: Komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi
tersebut adalah:
-
Hipoglikemia
Hipoglikemia
terjadi kalau kadar glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang berlebihan, atau aktifitas fisik yang berat.
-
Diabetes Ketoasidosis
Disebabkan
oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.
Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak, tidak ada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.
-
Sindrom Hiperglikemik
Hiperosmolar Nonketotik
Merupakan
keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai
perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
-
Koma Lakto Asidosis
yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan oleh hiperlaktatemia
Komplikasi kronis :
Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
kurang lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan
yang kena atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut:
ü Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapat dilihat secara
mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung Koroner,
pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral Artery Disease.
ü Mikroangiopati,
mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopati diabetika (mengenai
retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal).
ü Neuropati,
mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tangan berkurang
atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri.
Selain
di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena
yaitu:
·
Kulit : Furunkel,
karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah
tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi
keputihan), selulitis ganggren,
·
Kepala/otak : stroke,
dengan segala deficit neurologinya
·
Mata :Lensa cembung
sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax irreversible), Glaukoma,
perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non proliperative, makulopati,
proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis lain
·
Hidung : penciuman
menurun
·
Mulut :mulut kering,
ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae, gangguan rasa),
ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium
(makroangiopati periodontitis), gigi (caries dentis)
·
Jantung : Penyakit
Jantung Koroner, Silent infarction 40% kr neuropati otonomik, kardiomiopati
diabetika (Penyakit Jantung Diabetika)
·
Paru : mudah terjangkit
Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya.
·
Saluran Cerna :
gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum (gastroparese
diabeticum), gastroatropi, diare diabetic)
·
Ginjal dan saluran
kencing : neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson, pielonefritis,
necrotizing pappilitis, Diabetic Neurogenic Vesical Disfunction,
infeksi saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis.
·
Saraf : Perifer:
parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp
·
Sendi : poliarthritis
·
Kaki diabetika (diabetic
foot), merupakan kombinasi makroangiopati, mikroangopati, neuropati dan
infeksi pada kaki.
4. Prosedur
diagnostik hiperplasia prostat:
Diagnosis
hiperplasia prostat dapat ditegakkan melalui :
a. Anamnesis : gejala obstruktif dan
gejala iritatif
b. Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba
sebagai prostat yang membesar, konsistensi kenyal, permukaan rata, asimetri dan
menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia
prostat batas atas semakin sulit untuk diraba.
c. Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada tidaknya
komplikasi.
d. Pemeriksaan pencitraan :
Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi defek isian kontras pada
dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti
mata kail. Dengan trans rectal ultra sonography (TRUS), dapat
terlihat prostat yang membesar.
e.
Uroflowmetri :
tampak laju pancaran urin berkurang.
f.
Mengukur volume
residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume residu urin yang
meningkat sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml dianggap sebagai
batas indikasi untuk melakukan intervensi)
5.
Penatalaksanaan pasien dengan
hiperplasia prostat berdasarkan stadium dari gambaran klinis:
-
Stadium I
Ada
obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
Penatalaksanaan:
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin.
Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak
mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat
ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
-
Stadium II
Ada
retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak
sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau
disuria dan menjadi nocturia.
Penatalaksanaan:
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
-
Stadium III
Setiap
BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Penatalaksanaan:
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam.
Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan
melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
-
Stadium IV
Retensi
urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara
periodik (over flow inkontinen).
Menurut
Brunner and Suddarth (2002) menyebutkan bahwa :
Manifestasi
dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih,
anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan
saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah
berkemih), retensi urine akut.
Penatalaksanaan:
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi
urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive
dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pada
penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor
alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang
menekan produksi LH.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar